terus....
muntahkan semua makimu
maki semua muntahmu
tak usah dengarkan aku
pun jeda sejenak saja
lalu....
bakar semua cinta kita
hancurkan mimpi di malamku
jangan berhenti kini
tidak saat kau jauh
seperti biasa
masih ada yang tersisa di dompetmu kah ?
bukan foto ku itu aku yakin
senyumnya tak ada walau tersurat
rasanya yang dulu menggenap
kini tinggal ganjil tak cukup walau untuk sekedar mengganjal
tangis dan marahmu
kau bisikkan cintamu dengan guratan urat di lehermu
kau kecup keningku tapi tanganmu melambai menampar
lenganmu merangkulku sementara kakimu menendang
cintaku
"kau hidup matiku"
itu yang kau tulis di surat cintamu tahun lalu
tapi sungguh aku tak mengerti
mengapa kau memilih membunuhku
perlahan dan terus
aku tak ingin cintamu seperti sebatang rokok yang kini kuhisap
perlahan menguap jadi asap dan hilang
namun habis kala kuhisap sedikit cepat
aku tak ingin rembulan yang lain
aku tak mau bintang yang lain
kau adalah cukup bagiku
lebih adalah yang tak kuinginkan seperti kurang walau sedikit
aku tahu hanya malam yang bisa setia kucumbu
jadilah malam bila memang kau mau
tolong
jangan jadi pagi untukku
karena pagi datang hanya sesaat
menipu terik yang akan datang
mengganggu lelap
dan mengantar kabar segala yang buruk untukku
seperti keringat
seperti darah mungkin
atau bahkan seperti tulang belulang kenangan yang sudah kubakar
habis
sejak enam tahun lalu
kau adalah cukup bagiku
tak bisakah aku jadi cukup jua untukmu ?
jakarta, delapan ketujuh di duaribusembilan, 22.37
Bayu Adhiwarsono ©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar