di persimpangan tadi aku menemukan pembakaran dan penusukan
bukan pembakaran kitab suci
atau penusukan insan religi
pembakaran dan penusukan yang tertinggal jaman, pikirku
mungkin karena sang pelaku tak pernah menonton televisi,
atau terlalu miskin untuk membeli satu
mungkin juga karena ia tak kenal lembaran tabloid
selain sebagai penawar lapar dan dahaga
dijual kilo demi kilo
dan aku,
demi kekurangajaran bertajuk peduli
memaksakan lidah untuk bertanya
bukan siapa dan mengapa,
pelaku dan alasan pembakaran juga penusukan
hanya, "apa yang kau bakar dan kau tusuk?"
tapi mulutnya terkatup rapat,
mungkin karena dahaga dan lapar
yang belum terpuaskan
hanya matanya yang menjawab,
setidaknya itu yang mampu kuartikan sendiri
"apa pedulimu, selama bukan kau yang aku bakar dan tusuk ?"
jakarta, delapanbelas kesembilan di duaribusepuluh, 20.50
Bayu Adhiwarsono©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar