Sejak kembali bersepeda, cita-cita saya adalah melakukan mudik dengan menggunakan sepeda. Bersepeda sendiri ke Bandung memang tak bakal jadi halangan, toh hal itu sudah pernah saya lakukan Desember 2015 lalu. Tapi bersepeda bersama rekan-rekan lain tentu menghadirkan cerita tersendiri, selain tentunya bakal membuat keluarga saya lebih tenang. :)
Alhamdulillah, ternyata sudah beberapa tahun belakangan teman-teman pesepeda di komunitas Bike To Work Indonesia mengorganisir kegiatan mudik bareng dengan menggunakan sepeda. Dan tahun ini, kebetulan saya mendapatkan 2 teman seperjalanan. Yang pertama adalah Pak Endang, yang tujuan mudiknya adalah Banjar, Jawa Barat. Sementara satunya lagi adalah Om Andi, yang bertujuan mudik dengan sepeda menuju Purwokerto, Jawa Tengah.
Tanggal keberangkatan dan rute sudah disepakati, Kamis 30 Juni 2016, melalui Purwakarta. Berarti tinggal menyiapkan perbekalan, sepeda, dan tentunya fisik kami masing-masing.
Perbekalan Mudik |
Pannier bagian tengah:
- Tools, mulai dari obeng hingga kunci inggris
- Patch Kit dan 1 buah ban dalam
- Cable-ties
- Chainlube
- Deodorant
- Sun-block
- Sabun mandi, sabun muka, dan shampoo
- Tissue basah dan tissue kering
- Charger
- Batere cadangan
Pannier bagian samping kanan dan kiri:
- Raincoat
- Baju gamis untuk shalat
- Handuk
- Jersey untuk baju ganti
- Celana pendek untuk ganti
- Glove cadangan
- Buff untuk masker dan tutup kepala cadangan
- Kurma, untuk dopping sepanjang perjalanan
Tas paha Eiger yang saya lilit di top tube:
- Powerbank dan kabel USB
- Dompet dan segala isinya :)
- Handphone
- 2 buah korek gas
- dan tentunya, rokok (yang ini jangan ditiru :P)
Selain barang bawaan di atas, masih ada 1 bidon yang nempel di sepeda, rantai/gembok sepeda yang saya lilit di seat tube, dan sepatu yang saya ikat di atas pannier.
Sepeda,
tentu harus dicek segala sesuatunya termasuk mengganti parts bila
dibutuhkan. Termasuk kala itu Si Keong harus ganti rantai dan sproket.
Masih merasakan manfaatnya menggunakan sproket lama dengan kombinasi
14-34T MegaRange, saya pun memutuskan mengganti yang baru dengan spek
yang serupa.
Si Keong dan gembolannya |
Setelah sekitar 45 menit menunggu, akhirnya Pak Endang datang juga. Cuma sempat ngobrol sebentar, kami pun langsung menuju tikum 2 di daerah Bekasi, untuk bersua dengan Om Andi. Om Andi rencananya akan mudik menuju kampung halamannya di Purwokerto.
Ngaso sebentar, sambil nunggu 1 personil lagi |
Sekitar pukul 7.30 akhirnya kami bertiga mulai mengayuh sepeda kami. Saya dengan Wimcycle Rc-DX, Pak Endang bersama sepeda Pacific-nya, sementara Om Andi mengayuh sepeda Federal Bobcat.
Bersasarkan hasil diskusi awal, Rest Point 1 adalah sekitar Karawang. Sekalian kami berniat menyambangi Posko #GowesMudik2016 yang dikoordinir oleh beberapa rekan sukarelawan. Rute dalam kota Karawang pun jadi pilihan, karena lebih medan yang lebih teduh, dan minim kendaraan besar.
Qadarullah, kami justru akhirnya tak bisa mampir di Posko #GowesMudik2016, karena kesalahan membaca lokasi di Google Maps. Terlanjur terlewat, kami pun akhirnya memutuskan beristirahat di sebuah minimarket, selepas Jalan Baru Karawang. Berteduh, sambil membasahi kerongkongan, dan menyantap dopping kurma yang saya bawa. Berhubung rombongan kami masih amatir, semuanya sepakat untuk membatalkan puasa :(
Bersasarkan hasil diskusi awal, Rest Point 1 adalah sekitar Karawang. Sekalian kami berniat menyambangi Posko #GowesMudik2016 yang dikoordinir oleh beberapa rekan sukarelawan. Rute dalam kota Karawang pun jadi pilihan, karena lebih medan yang lebih teduh, dan minim kendaraan besar.
Perjalanan melintasi jalur Cikarang-Karawang yang panas luar biasa |
Qadarullah, kami justru akhirnya tak bisa mampir di Posko #GowesMudik2016, karena kesalahan membaca lokasi di Google Maps. Terlanjur terlewat, kami pun akhirnya memutuskan beristirahat di sebuah minimarket, selepas Jalan Baru Karawang. Berteduh, sambil membasahi kerongkongan, dan menyantap dopping kurma yang saya bawa. Berhubung rombongan kami masih amatir, semuanya sepakat untuk membatalkan puasa :(
Nampang dulu di minimarket |
Sejenak menghindari terik |
Dikunjungi juragan Karawang :) |
Kembali berteduh, dan bersujud |
Tanjakan menanti.
Gapura Indung Rahayu, Purwakarta |
Bral geura miang, anaking. Dalam Bahasa Indonesia berarti "Segeralah berangkat, anakku" |
Siap melahap tanjakan demi tanjakan |
Sempat 1 kali lagi berhenti di wilayah Cikampek untuk kembali menghindari terik, akhirnya sore hari kami mulai memasuki wilayah Purwakarta. Tanjakan jelang Gapura Indung Rahayu dari arah Cikampek, jadi penanda bahwa kami baru saja melalui tanjakan pembuka dalam perjalanan menuju Bandung. Ya, tanjakan tak lebih dari 1 km yang memiliki grade terberat sekitar 12% ini hanya permulaan. Karena sejak gapura ini, tanjakan demi tanjakan bakal terus tersaji, hingga wilayah Padalarang. Percayalah, jika anda mengayuh sepeda dengan ngotot dan pengen cepat sampai, tak lama lagi anda bakal tumbang. Yang tersisa hanya nyeri di lutut, kram, dan ujung-ujungnya menuntun sepeda atau bahkan terkapar kelelahan. Ini sudah saya alami awal Januari silam.
Kadung menyiksa, nikmati saja setiap kayuhan walau tanjakan seakan tak henti |
Kembali memenuhi panggilan Illahi |
Kami pun memilih sebuah Masjid yang punya pekarangan lumayan luas, lengkap dengan Posko Mudik yang belum mulai beroperasi. Pak Endang menggelar matras dan sleeping bag untuk alas tidur, sementara saya memilih untuk tetap terjaga. Harus ada yang menjaga barang-barang bawaan dan 3 sepeda yang berjejer di parkiran Masjid.
Obrolan jelang bobo :P |
Mulai damai dalam mimpi |
Memulai hari dengan Sahur |
Singgah sesaat untuk kembali memenuhi panggilan Illahi, kami lantas menempuh sisa perjalanan dalam sinar fajar yang baru mulai bersinar. Sekira pukul 6 pagi, kami pun akhirnya melewati wilayah Cikalong Wetan, dan mulai memasuki wilayah Padalarang. 1 tanjakan yang tak terlalu panjang tapi cukup menyiksa di penghujung Cikalong Wetan, jadi penanda bahwa berikutnya medan yang bakal kami lalui bakal tinggal menyisakan turunan landai menuju kota Bandung tercinta.
Gerbang Tol Cikamuning. Satu tanjakan lagi |
Jelang rel kereta api simpang Padalarang |
Sekira pukul 08.00, saya pun tiba di rumah, disambut istri dan 2 jagoan kami :)
Perjalanan melelahkan, tapi penuh cerita. Saya bersykur, dalam perjalalanan kali kedua dengan sepeda ke Bandung ini, saya mampu melahap semua tanjakan dengan tanpa turun menuntun sepeda.
Jika masih diberi jatah usia, Idul FItri 2017 saya harus mudik lagi dengan sepeda. Tentunya dengan rute yang berbeda.
Note:
Silakan kunjungi Strava saya untuk melihat secara detail perjalanan kami.
Bayu Adhiwarsono©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar