SMOKE FREE

Sabtu, 27 Desember 2003

CERITA HARI INI

yang kemarin masih mengejarku tak henti
hingga separuh bayangku sendiri
mengukir bekas jejakku semakin dalam
menjadi tempat tetirahku di akhir
nanti

lenganmu, lenganmu menggapaiku penuh rindu
sambil menyanyikan sisa kecupan semalam
yang tak ingin kukenang
sungguh

biar bara itu membiru di bukumu
sebagai tanda hela nafas baru kita
terpanggang duri rindu di pangkuanmu
sebagai mawar yang tak lagi merah
memburat beku kan tatap
sebagai nurani terpenjara ujung jemari

milik kami kita mereka
yang dulu aku kau
dan

jakarta, duapuluhtujuh keduabelas di duaributiga, 17.21

Kamis, 18 Desember 2003

SELEPAS TENGAH SASIH AKHIR WARSA

setengah ujung jarinya menjejak lalu masih
menyisakan yang untuk hari ini hingga lapar
menjelang
tiada ku bertanya tiada ia terdiam
hadirkan yang bukan jawab pastinya

bermimpi dari satu lelap ke lainnya
memaki dari setetes keringat ke lainnya
dan terusir dari dirinya sendiri

duh, bangsaku
masihkah aku mencintaimu

jakarta, delapanbelas keduabelas di duaributiga, 20.05

SELEPAS TENGAH AKHIR WARSA

setengah ujung jarinya menjejak lalu masih
menyisakan yang untuk hari ini hingga lapar
menjelang
tiada ku bertanya tiada ia terdiam
hadirkan yang bukan jawab pastinya

bermimpi dari satu lelap ke lainnya
memaki dari setetes keringat ke lainnya
dan terusir dari dirinya sendiri

duh, bangsaku
masihkah aku mencintaimu

jakarta, delapanbelas keduabelas di duaributiga, 20.05

Rabu, 17 Desember 2003

KATAMU APA !

masih seperti purnama lalu dan
sasih delapan yang baru singgah dan
rasanya sembilan warsa takkan jadi sesaat
dusta jua bila kubilang tak rindukan kau
mengecup tepi nadi kasihku yang hingga nanti
sudah,
membisu saja bersamaku kini
simpan penggalan cerita itu
untuk lelap yang nanti kan ketuk serambi
mimpimu dan
aku

perihnya selimuti barisan bulu di mataku
menggantungi kantuk di sepagi ini
dua langkah dari seterbitan mentari
setengah lelap yang sesaat
sungguh
mentarimu lah yang tak kurindu
sesasih ini saja
karena warsa di sudut jalan sana
serigala malam kembali ke ladangnya sendiri
dan yang kau cumbu
dulu

jakarta, tujuhbelas keduabelas di duaributiga, 19.06

Minggu, 14 Desember 2003

AKU A.....!

duhai aku,
kapan hingga berlari dari
bayangmu separuh menerka mimpi
tertatih membelai
di penghujung hari

duhai aku,
yang melempar tatap dari
tak tersisa pekik birahi
usai malam lalu
semu sepertimu

duhai aku,
usah lagi tidak pada sudut-sudut cermin
dirimu sendiri
usah lagi bukan tentangmu
di bayang sendiri

bandung, empatbelas keduabelas di duaributiga, 20.00

Minggu, 23 November 2003

EMBUN

kapankah aku mampu jadi embun ?

sebagai
sisa sejuk di tepi amarah,
awal langkah mentari,

bukan gerombolan titik air
membeku

jakarta, duapuluhtiga kesebelas di duaributiga, 03.54

Senin, 20 Oktober 2003

PUASA MENGGENAP


aku tahu,
bukan dosaku kelu mencintai ujung kecapku
apalagi atas nama angan pernik hiasi kata
dan kala kulemparkan tunjuk padamu,
bukan karena aku tak punya lagi arti

kamu tahu,
ingin kubentang samudera puisi di tetirahmu
jadi alas lelap temani gelap
dan saat kucurahkan maki di ufukmu,
tak jua untuk muntahkan penat

lalu mengapa jemariku membeku tatapku nanar ?
duhai jiwa yang merona
di tengah kebisuan warna

jakarta, duapuluhtiga kesepuluh di duaributiga, 03.48

SEPENGGAL TANYA

aku tahu,
bukan dosaku kelu mencintai ujung kecapku
apalagi atas nama angan pernik hiasi kata
dan kala kulemparkan tunjuk padamu,
bukan karena aku tak punya lagi arti

kamu tahu,
ingin kubentang samudera puisi di tetirahmu
jadi alas lelap temani gelap
dan saat kucurahkan maki di ufukmu,
tak jua untuk muntahkan penat

lalu mengapa jemariku membeku tatapku nanar ?
duhai jiwa yang merona
di tengah kebisuan warna

jakarta, duapuluhtiga kesepuluh di duaributiga, 03.48

Jumat, 17 Oktober 2003

SEDANG NGGAK RINDU SAMA KAMU

masih seperti purnama lalu dan
sasih delapan yang baru singgah dan
rasanya sembilan warsa takkan jadi sesaat
dusta jua bila kubilang tak rindukan kau
mengecup tepi nadi kasihku yang hingga nanti


sudah,
membisu saja bersamaku kini
simpan penggalan cerita itu
untuk lelap yang nanti kan ketuk serambi
mimpimu dan
aku

perihnya selimuti barisan bulu di mataku
menggantungi kantuk di sepagi ini
dua langkah dari seterbitan mentari
setengah lelap yang sesaat

sungguh
mentarimu lah yang tak kurindu
sesasih ini saja
karena warsa di sudut jalan sana
serigala malam kembali ke ladangnya sendiri
dan yang kau cumbu
dulu

jakarta, tujuhbelas keduabelas di duaributiga, 19.06

Kamis, 11 September 2003

DUA JAM LAGI

mereka bilang kini terang bulan
saat purnama

ditemani bintang
hanya satu tak lebih sejengkal
dari timur ke barat
sejak petang hingga fajar
membisik

dan untukku satu malam panjang lagi
saat lelap enggan menoleh

dicumbu sepi
hanya satu demi satu hisapan tembakau
berharap gundah terbang bersama asap
tak kembali sungguh kumau
pernah

dua jam lagi, sayang

jakarta, sebelas kesembilan di duaributiga, 03.00

DETIK TERAKHIR BERSAMAMU

kucari sisa dirimu
dibalik hentakan jemariku,
kupanggil kepergianmu
diantara kata-kata termuntahkan

tak ada
hilang
lenyap

kau bilang saat itu
takkan membawa separuh dariku,
lalu mengapa aku hampa ?

ataukah karena kecupmu
melukis bibirku ?

ataukah karena pelukmu
meluluhkan ragaku ?

tak cukupkah ?

jakarta, sebelas kesembilan di duaributiga, 03.15





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Sabtu, 06 September 2003

CUKUP AKU MEMBISU

jangan kau minta
aku bernyanyi untukmu
apalagi memberimu puisi cintaku
dikala malam mencabik rusuk
disaat rembulan merobek nadi

apalah arti kata-kataku
untukmu

tak cukup peluk ciumku ?
yang kuuntai di jemarimu
dan hantarkan lukisan asa
yang kusinggahkan di isakmu

apalah arti kata-kataku
untukmu

jakarta, tujuh kesembilan di duaributiga, 03.15

SURAT CINTA INI UNTUKMU !

berat mataku digelayuti lelap
yang masih merayu
untuk sekedar menanti esok
datang lagi mengetuk gundah

namun ku tak mau tanpa mimpi
tentangmu saja di malam ini
menemaniku seperti janjimu
yang kau ucap dua rembulan lalu

dan kini ku tahu kan kurindu lagi
tawamu di serambi hari
menjejak kasih
melukis ketulusan

hingga masa enggan berganti

jakarta, enam kesembilan di duaributiga, 03.08

HIMPITAN MALAM


aku tertawa
aku menangis
aku teriak
aku berbisik
aku meronta
aku terlelap
aku bernyanyi
aku meratap

di pelukMu

jakarta, enam kesembilan di duaributiga, 03.00

Sabtu, 09 Agustus 2003

INI BUKAN PUISI

:Amih tersayang, disisiterbaik Allah SWT.
maaf, cucumu ini belum sempat membahagiakanmu.


sebelas warsa kulalui tanpa
tulus kecupmu di kening ku
teduh tatapmu di hari-hari ku
hamparan doamu di langkah ku
hangat pelukmu di serpihan duka ku

namun,

kau pasti tahu ku tak berdusta,
saat kubilang ada namamu deru nafasku
kala kusebut namamu dalam asaku
bila kubangun cintaku atas namamu

namun,

mengapa mereka sia-siakan
rindu yang kugenggam seperti kepastian
fajar di bibir mentari,
bintang di ujung jemari rembulan,
pagi di serambi malam,
petang di balik tabir siang

duhai ibunda dari perempuan yang menyusuiku,

ingin ku lari menuju bentangan tanganmu
memuntahkan duka ke pangkuan
basahi dadamu dengan isak
dan berbisik,

andai dapat kuseberangi jembatan,
yang terbentang sejak sebelas warsa lalu
sekedar mendengar jawabmu

jakarta, sembilan kedelapan di duaributiga, 03.26




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

YANG KEDUA

berpalinglah padaku walau sesaat !
diantara cintamu padanya dan
keabadian yang kutawarkan untukmu
dibalik kecupmu untuknya dan
ketulusan yang kuselimuti di dukamu
disela senyummu karenanya dan
embun yang kuteteskan di gundahmu

aku ada
walau selalu menjadi bukan yang pertama

jakarta, sembilan kedelapan di duaributiga, 02.35





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

DONGENG DARI SEBERANG SELAT SUNDA

aku bermimpi lagi,
padahal aku belum tertidur

apakah karena tawamu di ujung sana ?

yang terpisahkan
empatbelasribuempatratus detik kemudian
setelah lalui tiga jalan bebas hambatan

apakah karena bisikmu di tepi telingaku ?

yang kali pertama kudengar
dari balik topengmu di sebelah barat bumi pertiwi
setelah namamu kau tuliskan tak lebih seminggu lalu

aku bermimpi lagi,

dan kali ini aku tak ingin terbangun lagi
jika tak disisimu

jakarta, sembilan kedelapan diduaributiga, 02.20





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Kamis, 07 Agustus 2003

9 AGUSTUS 1978

esok lusa kan kubiarkan
burung bernyanyi di pagi ku sendiri
sekedar mengingatkan
pernah satu waktu
senyumku lukis dompetmu

kala itu
tabir malam seakan menertawai
kita berbagi kasih
dan mimpikan jelang tenggelamnya mentari
bersama

esok lusa kan kunyalakan
lilin untukmu
sambil teriakkan rinduku sendiri
demi namamu
duhai pelangi di sasih kedelapan ku

jakarta, tujuh kedelapan di duaributiga, 04.10





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

DETAK RINDU

satu warsa sudah kutinggalkan jejak
langkah yang dulu kuukir di kotamu
dimana setiap sudut kita warnai dengan cinta
pernah termimpikan bersama
untuk masa hingga tak berakhir

dan kini aku disini masih
menghirup harum ujung rambutmu
sentuh lentik jemarimu awali hari

tidakkah kau ingat ribuan lembayung senja
yang iringi cumbu rayumu di daun telingaku
bisikkan satu kata
selamanya

dan kini aku disini masih
warnai sampul buku yang lain
dengan cahaya namamu

tidakkah kau biarkan mimpimu terhiasi kecupku
yang hantarkan lelapmu dulu
dalam damai penuh
ketulusan

dan memang
kini aku disini masih

jakarta, tujuh kedelapan diduaributiga, 04.00





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Rabu, 06 Agustus 2003

SENANDUNG NEGERIKU

kudengar rintihan maut di layar televisi kamarku,
kalian bilang itu cuma teror

kulihat darah menghiasi jeda waktu antar berita,
kalian bilang itu cuma anarki

kucium bau pembantaian di balik meja dan ranjangku
kalian bilang itu cuma bangkai saudaraku

dan saat aku menangis,
kalian hanya tertawa

dan kala aku berteriak marah,
kalian panggil aku pengecut

lalu kalian bisikkan di telingaku,
“ini masih berlanjut, anakku!”

jakarta, enam kedelapan di duaributiga, 03.00





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

TIDAKKAH KAU LIHAT AKU MENANTI

katakan padaku dimana langitmu,
dan esok akan kau lihat bintangku disana
kulukis walau tanpa warna
hanya kilau untuk terbentangkan
menghias malam kita

bisikkan padaku dimana jalan setapak menuju tetirahmu,
dan petang nanti niscaya akan kupagari
agar langkahku tak jauh menghilang
hingga saat kau terbangun
dari mimpi dukamu sendiri

jangan lagi biarkan awan menghapus amarah,
bila memang tak guna aku mencintaimu
usah lagi kecup rindumu jalari sepi,
jika kau masih terus mengejar kereta citamu
meninggalkan semua yang terpalsukan di balik selimut asa

panggang saja rasa ku

jakarta, enam kedelapan di duaributiga, 02.50




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Selasa, 05 Agustus 2003

SEBAIT SAJA UNTUKMU

:N.A., tujuhwarsakaukucumbu

kutuliskan puisi ini atas namamu,
pertanda rindu tak tertahankan lagi,
untuk kumuntahkan di pangkuanmu,

wahai bidadari kecilku,
yang terbang bersama kabut sasih kesepuluh dua warsa lalu

duhai lembayung fajarku,
yang silaunya sirami gundahku mulai sasih kesepuluh sembilan warsa lalu

jakarta, lima kedelapan di duaributiga, 04.12




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

WAKTU ITU

pernah aku,
bernyanyi sumbang
menangis sedu sedan
berteriak lantang
bersamamu hanguskan mentari

ingat aku,
dilumat kecup
dibelenggu peluk
diselimuti jemari
bersamamu merobek rembulan

dulu aku,
ingin dirindu
mimpi dicinta

hanya bersamamu,
merenggut duka
memupuk tawa

jakarta, lima kedelapan di duaributiga, 03.22





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Sabtu, 02 Agustus 2003

PAGI JELANG

embun pagi ini selimuti dedaun,
seperti kemarin pernah singgah
jemarinya masih menggerayangi dingin sang mimpi,
namun bisikannya sudah pula usik sisa lelap semalam
walau jenuh kan jelang silau mentari
lagi

tak bisakah kita kembali
pada gelap lalu,
mencumbu nyanyian gundah
di tepi fajar

tak bisakah aku dan kau saja
tanpa mereka,
membilang dosa di saku celana mu
menyusun makian di rak buku ku

jakarta, dua kedelapan di duaributiga, 01.50




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Jumat, 18 Juli 2003

KATAKAN PADAKU SIAPA YANG BADUT

kamu lucu,
mendambaku melukis biru di kanvasmu,
menangisiku yang enggan mencumbumu selarut ini,
menawarkanku belenggu di bawah telapak kakimu,
menggapai-gapai jemarimu menggerayangi gerahku,
dan semuanya kau teriakkan dengan nama cinta

kamu lucu,
meludahiku berjuta maki di sudut senyummu,
serapahmu kau biarkan menyelimuti lelapku,
dan aku masih ingat kenangan sasih lalu,
muntahan dari balik topengmu sisakan busuk di pangkuanku

jakarta, delapanbelas ketujuh di duaributiga, 11.31







Bayu Adhiwarsono ©

Minggu, 29 Juni 2003

JERITAN DI UJUNG BARAT SERAMBI RUMAHKU

peluru itu tak bertuan !

memang, aku selimuti serbuk mesiu itu dengan timahku sendiri,
jujur, ku biarkan mataku membidiknya,
sungguh, jemariku lah yang menarik pelatuknya,
sumpah mati, di telingaku tembakan itu membisik untuk yang pertama kalinya

tapi Tuhan,
peluru itu tak bertuan !

aku hanya menginginkan dia terdiam,
bukan mati sisa tulang di kubur massal,

aku hanya merindu jadi tirani baginya,
bukan ingin membelenggunya di bawah lars-ku,

tapi Tuhan,
peluru itu tak bertuan !

menembus tengkorak masih berkulit,
mengoyak dada menghitung detik,
merobek bahu gendong sang ibunda,
merajam jemari belai mimpiku,
meregang satu jiwa tersisa,

demi peluru,
yang tak bertuan !

demi peluru,
yang berjinjit dari ujung senapan ku !

demi aku,
yang dia bilang berTuhan !


jakarta, duapuluhsembilan keenam di duaributiga, 13.35




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Rabu, 25 Juni 2003

TANPA SYAIR

malam pergi musim hujan windu kemarin
mengajak mimpi terbang di warsa lalu
menggenggam setampuk masa terbawa serta
beralaskan sepatu kasih biru merona,
ditujunya mata angin kedelapan
hari nanti jelang

pagi belum juga tiba
walau langsir usai terbebani asa
dan air mata kupenggal dari penantianku
biarkan amarah gantikannya
hingga kukecup rinduku
hari nanti jelang

kantuk ?
satu lagi yang tak kukenal
selain kau

terjaga ?
satu lagi yang selalu kucumbu
selain kau

dan kudengar bisik itu lagi,
cinta dimulai tengah hari hingga senja

ya,
hari nanti jelang

jakarta, duapuluhlima keenam di duaributiga, 05.00





Bayu Adhiwarsono ©

Jumat, 13 Juni 2003

JADAH !

anak bangsa ini berlari mencari ibundanya,
mereka bilang namanya “PERTIWI”

anak negeri ini berteriak merindu ayahandanya,
mereka bilang gelarnya “ABDI BUKAN SAHAYA”

sejak senja hingga senja,
dilupakan, dilupakan,dilupakan

dari pagi sampai pagi,
disia-siakan, disia-siakan, disia-siakan

jenuh merengkuh
amarah terberai

tertera di peta tanpa mata angin
terlukis di kanvas tiada warna
terbentang di permadani tak hampar

anak bangsa,
anak negeri,
dia tulis sendiri namanya di nisan tak bertiang


jakarta, tigabelas keenam di duaributiga, 00.45




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Kamis, 29 Mei 2003

SUDAH KUBILANG JANGAN DUSTAI AKU LAGI

kau bilang tak pernah merinduku,
namun mengapa ada namaku dibawah selimutmu

kau bilang tak kan mungkin mencintaiku,
tapi mengapa ada senyumku di laci meja riasmu

kau bilang tak ada penggalan hatimu untukku,
lalu mengapa ada wajahku di saku bajumu

kau bilang tak pernah ingin memelukku,
dan ternyata kau tata kenangan kita berdua di meja makanmu

kau bilang tak mungkin kita mengarungi langit cita bersama,
dan ternyata kau belenggu aku di singgasana tetirahmu

kau bilang tak kan mungkin kau menggenggam jemariku,
namun kulihat cintaku melingkari jari manismu

atau itu hanya rabun di tepi imagi ku sendiri ?
lalu apa yang tengah kau cumbui itu,
kalau bukan segala asa tentang ku


jakarta, duapuhsembilan kelima di duaributiga, 17.05




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

KUTUKAN RINDU

mencakar
menghajar
membakar
aku
jemari pesona dari danau sudut kerling mu

membelenggu
membeku
membujur
kau
serpihan bintang dari malam pojok rindu ku

membelai
mengandai
mengintai
kita
penggalan angan dari juta gelanggang mimpi mereka

mengais
membingkis
menangis
dia
gumpalan rasa dari tulus hamparan keraguan kalian

sudah
sudah
sudah
jangan lagi kecup bibir sepi ku
jangan malam ini

sisakan untuk esok yang menanti


jakarta, duapuluhsembilan kelima di duaributiga, 16.48




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Minggu, 11 Mei 2003

RESONANSI BASI

seperti biasa hari ini dimulai
persis dengan yang kemarin
kembar siam, orang bilang
dan nama tengahnya, sia-sia
terlahirkan bersamaku
terlepas dari yang terbebankan

seperti biasa hari ini berjalan
berjalan ?
bukankah menapak tanpa jejak bukan langkah ?
kuteguk lagi peluhmu, sini

gelar darah biru ku, tiada
jubah perang ku, tak arti
selimut birahi ku, sepi
pahit ?
sarapan, makan siang, makan malam, dan cemilan ku

seperti biasa

bandung, sebelas kelima di duaributiga, 08.15





Bayu Adhiwarsono ©

Sabtu, 10 Mei 2003

SIAPA AKU ?

aku merangkak di sela gelap malam dan silau pagi
meraba mimpi mencari secuil cinta sisa semalam
menggapai asa yang terhempaskan pengemis masa
mereka bilang aku tanpa arti
kalian sumpahi aku diantara ludah tersembur tulus

aku hidup tanpa cinta
cinta yang katanya indah seindah nirwana
ha...ha...ha....memang kalian pulang dari sana?
mati kalian?
lalu matilah aku untuk rasakan cinta?

aku menari telanjangi diri di hadapan kepalsuan
yang menyapa,
yang membelai,
yang menina bobokan,
lalu siapa kalian siapa aku?


jakarta, sepuluh kelima di duaributiga, 08.31




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Rabu, 30 April 2003

RELIGI TANYA

Dia menari telanjang di penghujung mataku lelap
Dia bernyanyi di daun telingaku tuli
Dia kecup bibirku hambar terlumat birahi
Dia genggam jemariku kaku merindu sepi
Dia mencumbuku

aku ?

tampar wajahNya dengan amarah menggundah
lempari singgasanaNya berjuta kesah tak henti membuncah
jauhi tatapNya berpaling tak jua hampiri melangkah

masihkah pantas kubilang satu bisik di ciptaNya,
aku cinta Dia ?


jakarta, tigapuluh keempat di duaributiga, 01.40




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Senin, 14 April 2003

BOLAK BALIK DEKOK !

aku merindu dendam, dendam merindu
rindu sekali...hik

rembulan merindu purnama, purnama merindu
rindu sekali...hik

aku merindu rembulan, rembulan merindu
rindu sekali...hik

dendam merindu purnama, aku tidak dirindu
tidak dirindu sekali...hik

kau tuli dia tertawa
aku bisu mereka tergelak
kita buta kalian terkekeh

nyinyir amis nisan tak terkubur...merongga
bersamaku sepi berakad setia
merindu tuli bisu buta

kumau tanpamu jangan,
mabuk gila mati sendiri

jakarta, empatbelas keempat di duaributiga, 03.45





Bayu Adhiwarsono ©

Minggu, 13 April 2003

PEREMPUAN TUA MENUNTUN SEPEDA TUA

perempuan tua menuntun sepeda tua
tak kuat lagi kaki mengayuh satu satu
tak perkasa lagi meliuk diantara keangkuhan hari
tak berkuasa lagi atas tujuannya sendiri
mencari Tuhannya, hilang senja kemarin
menggapai Tuhannya yang menampiknya pagi kemarin

perempuan tua menuntun sepeda tua
nanar mata menatap yang tak pernah ada
kuku-kuku kaki hitamnya menapak terseok terjatuh terdiam tenggelam
duh, urat-uratmu indah tercipta berwarna daki musim kemarau tahun lalu
dan mentari pantulkan lengket peluh bercucur menoda

perempuan tua menuntun sepeda tua
mana cantikku dulu
mana arjunaku esok

duhai merana miskin tanpa arti
terjajah waktu

itu aku !

jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 13.30

Bayu Adhiwarsono ©

PAGI MASIH PAGI

aku bisa saja bilang rindu padaMu
tapi aku belum sikat gigiku ini pagi
aku bisa saja memelukMu erat
tapi aku belum mandi sepagi ini
aku bisa saja mengecup bibir pipi kening jemariMu
tapi aku belum terbangun benar dari mimpi malam tadi
aku bisa saja bercinta lagi denganMu hingga tujuhbelas penggalan masa
tapi aku belum sarapan biskuit dan soda hari ini
aku bisa saja berjanji pergi bersamaMu
tapi aku belum lepas sarungku di pagi sedingin ini

namun jangan Kau bilang selingkuh itu indah lalu Kau pergi
bergenggaman jemari salah satu dari dia mereka
namun jangan Kau bilang aku tak cinta Kau

karena cinta dimulai tengah hari nanti hingga senja saja

dan nanti malam
Kau boleh telanjangi aku lagi

sungguh !


jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 10.00




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

mamih...apa ini namanya ?
cinta, permataku sayang
pahit ya ?
selalu, intanku terpilih

bapak...apa ini namanya ?
rindu, barepku terbangga
palsu ya ?
tentu, arjunaku terperkasa

mamih bapak....apa ini namanya ?
air mata, pelangi kami terindah
sejuk ya ?
pernahkah tidak, bintangku tersilau

lalu mengapa aku terhidupkan saat itu dendamku ?
untuk nyeri pedih dan sendiri kah....
untuk luka amarah dan mati kah...

bisu terdiam karena aku menanya jawabku sendiri
mematung akur karena aku menjawab tanyaku sendiri

duhai Asal Muasal,
hapus hamba dari tunggakanMu,
bayar masaku sekarang saja

jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 03.50





Bayu Adhiwarsono ©

Jumat, 11 April 2003

SATU MASA DI PATAS AC

:kenangancimonehinggagerbangtolkebonjeruk


kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...

bang..., ada cinta ?
tak ada

bang..., ada tulus ?
habis

bang..., ada tawa ?
besok

bang, ada si dia ?
bekas

lalu apa kau jual, bang?
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
cuman itu hanya itu, itu saja

kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...


jakarta, sebelas keempat di duaributiga, 09.15




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Sabtu, 05 April 2003

AIR MATA MASIH MENANGIS

air mata itu belumlah habis jua,
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua

air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua

air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua

air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua

:bush, untuksejumputnyawakaurenggut

air mata itu belumlah habis jua,
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua

air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua

air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua

air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua



jakarta, lima keempat di duaributiga, 02.05



Bayu Adhiwarsono ©

Kamis, 27 Maret 2003

INDAHNYA MATI TANPAMU

jangan menangis di bahuku kini hingga nanti tak pernah
air matamu itu yang tenggelamkan angkuh pengembara durjana ini
bawa jauh gundahmu dan muntahkan di ujung samudera sana
dimana tatap ketulusan tak pastikan hati yang merindumu
biar kurengkuh, kucumbu,kugauli pedihku sendiri
dan kau bukan untukku kau bilang!

jangan bakar sepi ku dengan kerling meracun matamu
senyum itu jua kemarin memangkas asaku habis tak sisa
kumaki, kuserapahi, kusumpahi, kukutuk hina cinta ini untukmu saja
kau yang tuli atau aku tak menduga untuk berbisik sekadar berbisik

lalu siapa yang jalang?

jangan membelai angin di wajahku dalam lentik jemari menipu
taringmu itu...taring itu mengorek luka bekaskan borok merelung
dan ku kan menari bersama lalat iringi kidung kegelapan
na na na...ni ni ni...indahnya mati tanpamu

jangan bicara tulus rasaku di balutan iba mu
bibirmu tak sehina itu walau kulumat malam tadi di mimpiku
bukan kau tak menahu kenistaan hasrat kasih
aku...aku...aku yang terpenggal nurani terseret pesona


jakarta, duapuluhtujuh ketiga di duaributiga, 09.15




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Kamis, 20 Maret 2003

AKU, KERINDUAN, DAN REMBULAN

ada rasa yang perlahan datang membuka tabir malam yang sempurna
sedikit berdebar, sedikit gatal, sedikit membingungkan
lalu ku bertanya pada rembulan yang penuh,
tidak teriak, hanya berbisik sayup sekali...
"lan, rembulan,...rasa apa ini namanya?"
tidak terdengar jawaban...
"rembulan! rasa apa ini namanya?"
bisik itu ku keraskan sedikit,
tidak juga terdengar jawaban...
"hai bulan! dengarkah kau,......rasa apa ini namanya?"
kini ku teriak

ternyata rembulan tengah dirundung tuli malam ini,
justru rasa itu yang perkenalkan dirinya sendiri....

"kau tanyakan apa aku ini?,
aku ini kerinduan yang datang mengusik sepi mu,
dan seperti yang telah lalu, aku datang tanpa permisi,
terkadang, bahkan mungkin seringkali ku goreskan luka,
namun sesekali rasaku semanis madu berselimut gula-gula,
aku lah Kerinduan...!"

dan ku pun terdiam, lalu ku bertanya lagi,
tak berbisik apalagi teriak, cukup di hatiku saja,

"siapa titahkan kau datang? pergi jauh!, malam ini ku ingin satu...
mencumbu rembulan yang tuli, bukan diusik kerinduan!"


jakarta, duapuluh ketiga di duaributiga, 02.45






Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Selasa, 18 Maret 2003

KAU ADA

kau ada…
dengan kesempurnaanmu hiasi semesta
menari di ujung kaki cintamu
menghentak terlenakan irama yang bukan untukku
lalu terlelap kala jemarimu bekukan ku terpesona

kau ada…
sungguh kau ada di hatiku
menghantar mimpiku tanpa yang lainnya
gelap, sepi, hanya terlukis indahmu
aduh engkau, aku merindu

kau ada…
kudustai seperti yang kau mau
tidak, bukan kau, kau tak ada
pergi jauh dari cintaku
itu memang yang terbaik
kau ada…

namun kau ada
hanya di mimpiku yang itu pun harus terhapuskan
apa lagi yang kupunya kini dan nanti
jika mimpi pun kau rengkuh dari asaku

jakarta, delapanbelas ketiga di duaributiga, 15.05

Bayu Adhiwarsono©

BERSENGGAMA DENGAN MIMPI

aku tak mampu bertanya
pada sunyi malam kala fajar mulai mengintip celah hari
apakah memang rasa ini harus kupendam
dan kukunci rapat dalam peti pedih hati
wahai bidadari berjuta masa

aku juga tak mampu berhenti mencintaimu
bak mentari selalu terangi hari
walau terkadang angkasa terselimuti kelabu
namun kau tahu pasti itu ada tersembunyi
wahai pelangi berlaksa warna

lalu apa guna hati ini terciptakan
bila keraguan senantiasa menyelinap
mengusik segala asa di khayalan
menyisakan gundah dan amarah yang cuman hanya saja
bergolak tanpa terperikan

hingga kapan ini berakhir,
esok, lusa, warsa nanti, atau memang tak akan pernah jua
jika kasih dan kerinduan untukmu cuman hanya saja
menggeliat, gerogoti sepi ku, hempaskan kepastian
menawarkan keindahan yang mungkin semu

jakarta, delapanbelas ketiga di duaributiga, 05.05

Bayu Adhiwarsono©

Minggu, 16 Maret 2003

ELEGI DUKA

menatap kelembutan di indah parasmu
sejukkan tatapku yang dambakan warna kesempurnaan
sekejap kerling matamu singgahkan embun damai
dan lukisan senyum di bibirmu menggoreskan surgawi
yang hanya di mimpiku saja

sayup bisikanmu teduhkan amarahku
seperti tawamu yang lantunkan tawa menggema
lalu harus dengan apa lagi kuakui pesonamu…
saat itu memang ada terciptakan
walau untuk di khayalku saja

tidakkah kau tahu silau mentari yang terangi hari
sepasti cintaku yang hanya untukmu
namun takkan pernah ada yang cukup dariku
tidak kerinduanku sepenuh hati
juga ketulusan kasih yang dalam terukirkan

apa lagi yang harus kujejakkan di asa ini
kala tak ada lagi jendela hatimu yang terbuka
hanya untuk ijinkan singgah hatiku
dan kugenggam jua semuanya kini
dalam kebekuan hasrat tanpa kasihmu

jakarta, enambelas ketiga di duaributiga, 16.40

Bayu Adhiwarsono©

Rabu, 12 Maret 2003

KUINGKARI

haruskan kuingkari terbitnya mentari di ufuk timur
seperti kuingkari cintaku yang hanya untukmu
haruskah kudustai hadirnya bintang dan rembulan di malamku
seperti kudustai kasihku padamu utuh
haruskah kupalingkan wajahku dari embun pagi terwujud
seperti kau palingkan mimpiku jauh darimu

lalu untuk apa terciptakan ketulusan
atau memang itu hanya kesemuan lain yang angkuh
saat kepalsuan kini jadi yang terindah
untuk hanya sekedar terucapkan
dan kucampakkan jua nurani terberaikan

kan kujejakkan langkah di bentangan yang tak pasti
menggapai bayangan mimpi dibalik tangis
yang harus kupendam jua pasti
demi hadirnya lagi pelangimu di hari ku
cairkan kesunyian yang lama membeku

biar kuingkari cintaku yang hanya untukmu
biar kudustai kasihku padamu utuh

jakarta, duabelas ketiga di duaributiga, 20.30


Bayu Adhiwarsono©

Senin, 10 Maret 2003

CINTA, KATANYA

cinta adalah memberi,
tanpa memimpikan balasan
itulah mengapa,
cinta selalu berakhir dengan air mata
karena seperti juga cinta,
air mata selalu mengalir keluar

lalu manakah yang terindah
sepi selamanya tanpa tahu arti cinta
untuk kemudian kehilangan pun tak pernah kan singgah
atau hidup terselimutkan cinta
dan rasakan rindu saat semuanya lenyap

haruskah kututup pintu hati
tak biarkan cinta lukis tinta penuh asa
saat kutahu akhirnya air mata jua
yang hiasi kepedihan nurani

jakarta, sepuluh ketiga di duaributiga, 01.30




Bayu Adhiwarsono ©

RONGGA

rongga sepi itu ada
tercipta tanpa pintu dan jendela
namun mengapa ku terhisap kedalamnya
menggeliat hempaskan amarah
saat bernafas pun ku terseret tenggelam

melolong teriakkan namamu
walau dirimu justru berlari menjauh
tinggalkan jejak langkah yang membeku
dan ku pun semakin terbelenggu
diikat temali kehampaan sungguh

akankah ku bangkit kini
dari sepi yang tanpa arti
tanpa cinta yang terperikan
kala asa pun terkungkung kepalsuan

jakarta, sepuluh ketiga di duaributiga, 12.10

Sabtu, 01 Maret 2003

AKU, KINI NANTI ESOK LUSA MATI

datang
tawa
pedih
pergi
kosong

luka, selimut malam ku
sendiri, kidung merdu ku
hampa, pelita gelap ku
sia-sia, penuntun langkah ku

keindahan,
mimpi,
yang kau hancurkan jua demi aku yang melata
kaubilang kita bukan untuk kita

jakarta, satu ketiga di duaributiga, 17.30




Bayu Adhiwarsono ©

Selasa, 04 Februari 2003

DI TEPI RELIGI

:hambaterpilih,pelitaditengahpadangpasir,
:yangterlahirdiwarsagajah,
:ternaungilahberjutaanugerahbaginya
:Muhammad S.A.W

salahkah aku mencintamu
yang hadirkan damai di kering batinku
salahkah aku merindumu
yang warnai hari ku dengan asa baru
salahkah aku mendambamu
yang jadi pelita setiap titian langkahku
salahkah aku mengasihimu
yang bentangkan keindahan di samudera ku
salahkah aku menantimu
yang sisihkan amarah lama mewujud
salahkah aku memimpikanmu
yang cairkan gumpalan kegundahan nan membeku

janganlah kau minta ku pendam lagi seonggok hitam di nuraniku
janganlah kau harap ku tutup pintu jendela hidayah di gelap ku
kumau dirimu untukku
walau hanya sekedar di mimpiku


jakarta empat kedua di duaributiga

Senin, 03 Februari 2003

ARGH...

membuka peti persinggahan luka hati
kukenakan lagi jubah kesendirianku
sarungkan pedang keangkuhan di langkah sepi
sembunyikan kepedihan dibalik topeng kegundahan
kan ku tatap gelanggang masa kembali
tanpa asa

saat malam mengungkung sang rembulan
dibalik tirai kegelapan sunyi
selimuti diriku keindahan amarah
baringkan jasadku di dinginnya keabadian
datanglah lelap walau tak kupejam mata

kucampak cinta
kubenam rindu
kumaki harapan
kupeluk kesia-siaan
kugenggam bara hampa
kureguk pedih
kuhirup sepi
kuarung semu

indah tanpa apa-apa
mempesona keabadian
di sepi ku sendiri bukan milikmu

jakarta, tiga kedua di duaributiga, 10.15





Bayu Adhiwarsono ©

Sabtu, 01 Februari 2003

CUIH !

kumaki lagi rasa ini
yang tak malu cintakan kau
kuhardik nyaring mimpiku ini
yang berani rindukan kau
dan ku pun terdiam saat sepi menyelinap di tengkuk ku
damai

tundukkan kepalamu wahai aku yang mendamba
jangan, jangan berharap hari ini mentari kan mengaum
jangan, jangan bermimpi hari ini burung kan mengerang
jangan, jangan punya bentakan asa lagi

apa guna cita yang kugantung di lambaian jemari rembulan
bila harapan terkubur nurani bayangku sendiri

berenang saja di lautan sepi wahai aku tak menahu diri
reguk kesemuan yang puaskan dahaga ku
tenggelam di pantai tepi malam

jakarta, satu kedua di duaributiga, 04.25




Bayu Adhiwarsono ©

HINA RASA INI

kumaki lagi rasa ini
yang tak malu cintakan kau
kuhardik nyaring mimpiku ini
yang berani rindukan kau
dan ku pun terdiam saat sepi menyelinap di tengkuk ku
damai

tundukkan kepalamu wahai aku yang mendamba
jangan, jangan berharap hari ini mentari kan mengaum
jangan, jangan bermimpi hari ini burung kan mengerang
jangan, jangan punya bentakan asa lagi

apa guna cita yang kugantung di lambaian jemari rembulan
bila harapan terkubur nurani bayangku sendiri

berenang saja di lautan sepi wahai aku tak menahu diri
reguk kesemuan yang puaskan dahaga ku
tenggelam di pantai tepi malam

jakarta, satu kedua di duaributiga, 04.25





Bayu Adhiwarsono ©

Senin, 06 Januari 2003

AKU INGIN TANPA JUDUL

hadirmu geliatkan lagi asaku
digenggam birahi sepi
berenang di riak bimbang
tenggelam, lagi
hingga waktu membias perih merongga

namun hujan masih jauh dari padang gurun hampa
cukuplah embun dulu di lembaran mimpi tanpa judul
goreskan tinta tulusmu di amarah dan gundahku,
yang kuukir di halaman pertama

warnai luka
hiasi tawa

dan gila bersamaku
dan mabuk bersamaku
tanpa menari bukan menyanyi

jakarta, enam pertama di duaributiga, 06.15





Bayu Adhiwarsono ©

Jumat, 03 Januari 2003

CITARIK

:sepenggalceritacitarik

mimpi ini ganggu lelapku, apa
saat segenap begitu sempurna
membuai
mimpi apa ini

sakit ini usik sunyi hati, siapa
saat sendiri begitu ramai
merdu
sakit apa ini

hidup kah
yang membentang
disela asa dan cita
menggeliat khayal dan harap
memuncak cinta dan kasih

dan dimanakah aku
yang tak lagi bertopeng musim kemarau tahun lalu,
bersarung hari agung senja kemarin

jakarta, tiga pertama di duaributiga, 23.59





Bayu Adhiwarsono ©