Dia menari telanjang di penghujung mataku lelap
Dia bernyanyi di daun telingaku tuli
Dia kecup bibirku hambar terlumat birahi
Dia genggam jemariku kaku merindu sepi
Dia mencumbuku
aku ?
tampar wajahNya dengan amarah menggundah
lempari singgasanaNya berjuta kesah tak henti membuncah
jauhi tatapNya berpaling tak jua hampiri melangkah
masihkah pantas kubilang satu bisik di ciptaNya,
aku cinta Dia ?
jakarta, tigapuluh keempat di duaributiga, 01.40
Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*
Rabu, 30 April 2003
RELIGI TANYA
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
01.40.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Religi
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
Senin, 14 April 2003
BOLAK BALIK DEKOK !
aku merindu dendam, dendam merindu
rindu sekali...hik
rembulan merindu purnama, purnama merindu
rindu sekali...hik
aku merindu rembulan, rembulan merindu
rindu sekali...hik
dendam merindu purnama, aku tidak dirindu
tidak dirindu sekali...hik
kau tuli dia tertawa
aku bisu mereka tergelak
kita buta kalian terkekeh
nyinyir amis nisan tak terkubur...merongga
bersamaku sepi berakad setia
merindu tuli bisu buta
kumau tanpamu jangan,
mabuk gila mati sendiri
jakarta, empatbelas keempat di duaributiga, 03.45
Bayu Adhiwarsono ©
rindu sekali...hik
rembulan merindu purnama, purnama merindu
rindu sekali...hik
aku merindu rembulan, rembulan merindu
rindu sekali...hik
dendam merindu purnama, aku tidak dirindu
tidak dirindu sekali...hik
kau tuli dia tertawa
aku bisu mereka tergelak
kita buta kalian terkekeh
nyinyir amis nisan tak terkubur...merongga
bersamaku sepi berakad setia
merindu tuli bisu buta
kumau tanpamu jangan,
mabuk gila mati sendiri
jakarta, empatbelas keempat di duaributiga, 03.45
Bayu Adhiwarsono ©
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
03.45.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Aja
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
Minggu, 13 April 2003
PEREMPUAN TUA MENUNTUN SEPEDA TUA
perempuan tua menuntun sepeda tua
tak kuat lagi kaki mengayuh satu satu
tak perkasa lagi meliuk diantara keangkuhan hari
tak berkuasa lagi atas tujuannya sendiri
mencari Tuhannya, hilang senja kemarin
menggapai Tuhannya yang menampiknya pagi kemarin
perempuan tua menuntun sepeda tua
nanar mata menatap yang tak pernah ada
kuku-kuku kaki hitamnya menapak terseok terjatuh terdiam tenggelam
duh, urat-uratmu indah tercipta berwarna daki musim kemarau tahun lalu
dan mentari pantulkan lengket peluh bercucur menoda
perempuan tua menuntun sepeda tua
mana cantikku dulu
mana arjunaku esok
duhai merana miskin tanpa arti
terjajah waktu
itu aku !
jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 13.30
Bayu Adhiwarsono ©
tak kuat lagi kaki mengayuh satu satu
tak perkasa lagi meliuk diantara keangkuhan hari
tak berkuasa lagi atas tujuannya sendiri
mencari Tuhannya, hilang senja kemarin
menggapai Tuhannya yang menampiknya pagi kemarin
perempuan tua menuntun sepeda tua
nanar mata menatap yang tak pernah ada
kuku-kuku kaki hitamnya menapak terseok terjatuh terdiam tenggelam
duh, urat-uratmu indah tercipta berwarna daki musim kemarau tahun lalu
dan mentari pantulkan lengket peluh bercucur menoda
perempuan tua menuntun sepeda tua
mana cantikku dulu
mana arjunaku esok
duhai merana miskin tanpa arti
terjajah waktu
itu aku !
jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 13.30
Bayu Adhiwarsono ©
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
13.30.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Aja
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
PAGI MASIH PAGI
aku bisa saja bilang rindu padaMu
tapi aku belum sikat gigiku ini pagi
aku bisa saja memelukMu erat
tapi aku belum mandi sepagi ini
aku bisa saja mengecup bibir pipi kening jemariMu
tapi aku belum terbangun benar dari mimpi malam tadi
aku bisa saja bercinta lagi denganMu hingga tujuhbelas penggalan masa
tapi aku belum sarapan biskuit dan soda hari ini
aku bisa saja berjanji pergi bersamaMu
tapi aku belum lepas sarungku di pagi sedingin ini
namun jangan Kau bilang selingkuh itu indah lalu Kau pergi
bergenggaman jemari salah satu dari dia mereka
namun jangan Kau bilang aku tak cinta Kau
karena cinta dimulai tengah hari nanti hingga senja saja
dan nanti malam
Kau boleh telanjangi aku lagi
sungguh !
jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 10.00
Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*
tapi aku belum sikat gigiku ini pagi
aku bisa saja memelukMu erat
tapi aku belum mandi sepagi ini
aku bisa saja mengecup bibir pipi kening jemariMu
tapi aku belum terbangun benar dari mimpi malam tadi
aku bisa saja bercinta lagi denganMu hingga tujuhbelas penggalan masa
tapi aku belum sarapan biskuit dan soda hari ini
aku bisa saja berjanji pergi bersamaMu
tapi aku belum lepas sarungku di pagi sedingin ini
namun jangan Kau bilang selingkuh itu indah lalu Kau pergi
bergenggaman jemari salah satu dari dia mereka
namun jangan Kau bilang aku tak cinta Kau
karena cinta dimulai tengah hari nanti hingga senja saja
dan nanti malam
Kau boleh telanjangi aku lagi
sungguh !
jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 10.00
Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
10.00.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Religi
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
mamih...apa ini namanya ?
cinta, permataku sayang
pahit ya ?
selalu, intanku terpilih
bapak...apa ini namanya ?
rindu, barepku terbangga
palsu ya ?
tentu, arjunaku terperkasa
mamih bapak....apa ini namanya ?
air mata, pelangi kami terindah
sejuk ya ?
pernahkah tidak, bintangku tersilau
lalu mengapa aku terhidupkan saat itu dendamku ?
untuk nyeri pedih dan sendiri kah....
untuk luka amarah dan mati kah...
bisu terdiam karena aku menanya jawabku sendiri
mematung akur karena aku menjawab tanyaku sendiri
duhai Asal Muasal,
hapus hamba dari tunggakanMu,
bayar masaku sekarang saja
jakarta, tigabelas keempat di duaributiga, 03.50
Bayu Adhiwarsono ©
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
03.50.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Aja,
Puisi Cinta,
Puisi Religi
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
Jumat, 11 April 2003
SATU MASA DI PATAS AC
:kenangancimonehinggagerbangtolkebonjeruk
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
bang..., ada cinta ?
tak ada
bang..., ada tulus ?
habis
bang..., ada tawa ?
besok
bang, ada si dia ?
bekas
lalu apa kau jual, bang?
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
cuman itu hanya itu, itu saja
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
jakarta, sebelas keempat di duaributiga, 09.15
Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
bang..., ada cinta ?
tak ada
bang..., ada tulus ?
habis
bang..., ada tawa ?
besok
bang, ada si dia ?
bekas
lalu apa kau jual, bang?
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
cuman itu hanya itu, itu saja
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
kacang, tisu, roko, akua, kolonyet...
jakarta, sebelas keempat di duaributiga, 09.15
Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
09.17.00
Tidak ada komentar:
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
Sabtu, 05 April 2003
AIR MATA MASIH MENANGIS
air mata itu belumlah habis jua,
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua
air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua
air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua
air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua
:bush, untuksejumputnyawakaurenggut
air mata itu belumlah habis jua,
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua
air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua
air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua
air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua
jakarta, lima keempat di duaributiga, 02.05
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua
air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua
air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua
air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua
:bush, untuksejumputnyawakaurengg
air mata itu belumlah habis jua,
ketika hujaman peluru mengoyak mimpi bocah tak berinduk
merenggut tawa yang sempurna di senja tiba
mengubur bangkai sang ayahanda di pelukan persada
namun air mata itu belumlah habis jua
air mata itu belumlah kering,
saat keangkuhan imani masih menonggak damai
hanya untuk redakan angkara bergolak
yang menari diatas duka dan dendam
dan syahwat pun dipanggilnya Tuhan
namun air mata itu belumlah kering jua
air mata itu belumlah usai jua,
walau ketulusan kembali terjajah tirani
datang bawa mimpi buruk yang baru
yang bukan hitam pekathanya darah dan ketiadaan
namun air mata itu belumlah usai jua
air mata itu belumlah terseka jua,
kala cinta tak lagi bersinggasana
melata mencari mahkota berlumpurkan nista
teriakkan hymne keabadian beku menusuk menggigil
namun air mata itu belumlah terseka jua
jakarta, lima keempat di duaributiga, 02.05
Bayu Adhiwarsono ©
Dipublikasikan di Blog ini oleh
Bayu "Ube" Adhiwarsono
kala waktu menjejak di angka
02.10.00
Tidak ada komentar:
Masuk ke dalam arsip
Puisi Aja
Suami yang bahagia dari Alsi Nur’Khalisah, S.Psi.,
Abi yang bangga dari Muhammad Hideyoshi ‘Abdul ‘Aziz Adhiwarsono dan Umar Chiaro Benzema Adhiwarsono
Langganan:
Postingan (Atom)