SMOKE FREE

Jumat, 26 Oktober 2007

JANGAN SAKIT, NAK...!

Pulang kongkow, maen catur, ngerusak paru-paru, dan ngobrol ngalor ngidul dari lantai 3, mata ini tertuju pada selembar kertas Laporan Rinci Kehadiran Karyawan, yang sengaja diletakkan (saya yakin) bos saya di atas keyboard komputer.

Dibagian bawah Laporan itu, ada tulisan tambahan dari HRD:
To. Ninok (atasan saya)
Untuk ijijn dlm sehari kerja digilongkan sbg cuti, utk ybs dr tgl 24/9 s/d 28/9 digolongkan sbg cuti. Ttp ybs sudah tdk mempunyai hak cuti. So ini diperhitungkan sebagai cuti tanpa upah.
Thnks
Helena
Pikiran saya langsung melayang pada si kecil, Muhammad Hideyoshi 'Abdul 'Aziz Adhiwarsono (Hiyoshi), karena 5 hari ijin tidak masuk kerja itu, saya "ajukan" pada atasan, untuk harus menunggui Hiyoshi yang sakit muntaber di Bandung.
Ya Tuhan....
Lengkap betul KEKURANG AJARAN perusahaan tempat saya "bekerja" ini. Gaji yang standar, kalau tidak dibilang pas-pasan atau bahkan kurang, harus ditambahi lagi dengan tidak ditanggungnya asuransi kesehatan keluarga karyawan.
Eh, kini malah harus ditambah lagi, dengan pemotongan gaji, karena ijin menunggui keluarga sakit, disaat cuti sudah habis.
Memangnya ada yang tahu, kapan kita akan sakit ? Kalau boleh pilih sih, mending gak usah sakit. Kalaupun harus sakit, saya pasti pilih saat dimana saya bisa cuti.
Apa mereka, PARA PEMBUAT PERATURAN YANG TERHORMAT itu, harus merasakan dulu situasi seperti yang saya alami, untuk bisa mengerti ? Mudah-mudahan, TIDAK !
Tapi kalau memang harus begitu, so be it !!!
Biarlah Tuhan membagi "pengalaman" saya menunggui keluarga yang sakit, tanpa ditanggung perusahaan, dan bahkan harus dipotong gaji !!!!!!!! AMIN !!!!!!

Rabu, 10 Oktober 2007

SELAMAT IDUL FITRI

1 Tahun berlalu sejak Syawal tahun kemarin.
1 Tahun pula, saya seringkali berbuat salah dan khilaf,
1 Tahun pula, saya seringkali menodai tali silaturahmi kita,
1 Tahun pula, saya entah sengaja ataupun tidak menorehkan luka di hati yang lain,

Oleh karena itu,
di 1 Syawal tahun ini,
ijinkan saya pribadi maupun keluarga,
kembali mengucap maaf dari lubuk hati yang paling dalam,
kembali menghaturkan sesal atas segala kesalahan,
dan kembali berniat memperbaiki tali silaturahmi kita.

SELAMAT IDUL FITRI 1428 H,
MOHON MAAF, LAHIR DAN BATIN,
SEMOGA KITA KEMBALI TERLAHIR SEBAGAI MANUSIA YANG BENAR-BENAR BARU.




Salam,

Bayu Adhiwarsono,
Alsi Nur'Khalisah,
Muhammad Hideyoshi 'Abdul 'Aziz Adhiwarsono



ps: buat temen2 yang mudik, selamat jalan dan hati-hati, mudah2an kita masih bisa bersua di 1 Syawal tahun depan.

Minggu, 07 Oktober 2007

BUKAN SALAH GUA PASTINYA !!!

Gaji...buta....?

Gaji kok buta ? Masa sih gaji buta ?

Ah, gila aja, masa gak ngerti maksudnya....

Gaji buta itu, ya seperti yang gua jalanin sekarang, dateng ke kantor, gak ada kerjaan, gak dikasih kerjaan, gak ada juga yang bisa dibantu, dan akhirnya seharian cuma browsing dan nge-blog.

Sehari dua hari, biasa lah.....! Tapi kalo seminggu, bahkan kemungkinan besar bakal hampir 2 minggu, it's gotta be something's wrong !

Trus, salah siapa? Bingung juga jawabnya.

Salah siapa, kalo gua gak kebagian camper alias camera person....
Salah siapa, kalo "setoran" gua nol besar for the last couple of days...

BUKAN SALAH GUA PASTINYA !!!

Kamis, 23 Agustus 2007

Surat Buat Isteriku (3)


di-copy atas seijin penulis yang bersangkutan, Arief Tjahyadi, Thanks, Mas !

dulu sebelum menikah,
aku berharap istriku seperti khadijah:
melindungi suaminya kala gemetar ketakutan
dengan hangat selimut kasih
dan dekapan sayang keibuan.

atau seperti Siti Hajar:
meski sendiri ditinggal di gurun kesepian
tapi selalu merajut kesetiaan
dan teguh memegang janji.

atau fatimah az-zahra:
tabah menjalani hari-hari dalam kesederhanaan
meski hanya tinggal di rumah kecil
berhiaskan prihatin semata

tapi ternyata,akupun bukan Muhammad Rasulullah
yang kata-katanya senantiasa dapat dipercaya.
atau Ibrahim yang hanif,
dan teguh berdiri menjaga iman,
atau Ali bin Abi Thalib yang perkasa
namun selalu santun pada sesama.

aku hanya suamimu yang masih mudah marah
saat kejengkelan merusak hatinya
laki-laki yang akan berdiri sombong saat kau usik egonya
dan bocah balita yang dibungkus dalam tubuh orang dewasa:
manja, kekanak-kanakan, dan senantiasa tak mau kalah

sering aku jengkel ketika kau tak bisa melangkah secepat langkahku
padahal seharusnya akulah yang mendukungmu di jalan berbatu terjal
atau tiba-tiba keluar kata-kata kasar saat kau tak juga mengerti diriku
padahal seharusnya akulah yang membimbingmu dengan lemah lembut saat kau kesulitan

maka aku menerimamu apa adanya
sebagai istri
yang tentu akan punya kekurangan,
namun menyimpan kelebihan-kelebihan yang aku sendiri tak pernah miliki.

aku menerimamu
sebagaimana kau menerimaku

inilah sungai deras
yang selalu mengalir mencari lautanmu

semoga kelak akan terbaca
bahwa perjalanan kita tulus menuju pada sang pencipta
mengikuti irama dalam syariatNya
dan berada dalam surga abadiNya.


catatan Bayu Adhiwarsono:
Ummi sayang, ini untukmu ! Ternyata Abi memang masih harus belajar banyak !

Rabu, 22 Agustus 2007

JANGAN GANGGU IURIE !!!

Harus saya akui, bulu kuduk saya berdiri, saat saya mulai menekan keyboard komputer untuk menulis saat ini.

INI BUKAN SEMBARANG TULISAN buat saya !!!

INI TENTANG SEBUAH KESEBELASAN YANG NAMA BESARNYA MENGISI SANUBARI NYARIS SELURUH PENDUDUJ DI JAJARAN BANDUNG, BAHKAN JAWA BARAT !!!

INI TENTANG SEBUAH KESEBELASAN YANG PERNAH BEBERAPA KALI MENOREHKAN TINTA EMAS DALAM SEJARAH PERSEPAKBOLAAN INDONESIA !!!

INI TENTANG SEBUAH NAMA, YANG SELALU MEMBUAT SIAPAPUN LAWANNYA BERPIKIR RIBUAN KALI, UNTUK MENGANGGAPNYA HANYA SEBUAH REMEH NAN TAK BERARTI !!!

INI TENTANG PERSIB !!!!!!!!!!!!!

INI TENTANG KITA.................BARUDAK !!!!!!!!!!!!

" JANGAN GANGGU IURIE !!! "

Kata-kata diatas adalah salah satu slogan yang terpampang di bberapa blog maupun un-official website-nya PERSIB. Kalau tidak salah, slogan ini mulai didengung-dingungkan para bobotoh, ketika Arcan Iurie, sang arsitek PERSIB mulai ada gejala bakal diganggu oleh manajemen. Kala itu, para bobotoh begitu menaruh kepercayaan yang sangat besar untuk pria bule asal Moldova ini. Bobotoh yakin, Iurie punya kemampuan mewujudkan dahaga (bahkan mungkin dehidrasi) bobotoh akan prestasi PERSIB, dalam kurun waktu belasan tahun terakhir.

Kepercayaan bobotoh, dibayar lunas oleh Iurie di paruh pertama Musim Kompeyisi Liga Indonesia 2007, dengan membawa PERSIB ke posisi puncak Klasemem Wilayah Barat. Gelar Juara Tengah Musim, layaknya sebuah pembuktian Iurie. Tak hanya membuktikan bahwa dia memang layak duduk di kursi panas Pelatih PERSIB, tapi juga seakan membuktikan bahwa tempat teratas adalah sesuatu yang memang selayaknya diraih PERSIB.

Target awal musim, yang hanya bertengger di papan tengah, meningkat menjadi 4 besar Wilayah Barat, bahkan tak salah bila kemudian bobotoh punya mimpi indah yang baru, JUARA LIGINA 2007 !!! Betul !!! Mimpi itu seakan mulai berubah menjadi suatu kenyataan yang begitu indah !

Membayangkan PERSIB kembali pulang ke Bandung dengan disambut arak-arakan pendukung setianya mengelilingi kota terindah, Bandung, sambil mengusung Piala saja, sudah cukup membuat nadi ini berdetak jauh lebih kencang ! Membayangkan PERSIB pulang dari putaran final Liga Indonesia dengan kepala tegak saja, sudah membuat mata ini berlinang air mata bangga !

Dan itu sungguh mimpi yang teramat sangat indah bagi bobotoh, dengan segala benderanya ! Viking or no Viking, Bomber or no Bomber, bobotoh yang tiap PERSIB bertanding selalu hadir di tribun penonton ataupun mereka yang "hanya" rajin menonton PERSIB di layar kaca, tak ada beda ! Apapun benderanya, warnanya cuma satu, ..........BIRU !!! Dan BIRU, bagi bobotoh, cuma berarti satu, ......PERSIB !!!

Di awal paruh kedua LIGINA, Iurie mulai mengeluarkan beberapa keputusan yang membuat bobotoh mengernyitkan dahi ! Sebut saja masuknya Leo Chitescu ke skuad pemain PERSIB, yang akibatnya membuat salah satu stoper andalan di paruh pertama, Nyek Nyobe, seakan menjadi Jenderal nganggur di PERSIB, sebelum kemudian dipinjamkan ke Persela Lamongan.
Sebagai bobotoh, tentu saya memahami kebingungan bobotoh pada keputusan Iurie. Tampil bersama PERSIB, Nyek, nyaris tanpa cela tampil sebagai benteng terakhir tembok pertahanan PERSIB, sebelum beban diambil alih oleh sang Kiper.

1. PERSIB punya kebiasaan buruk, yaitu terkenal sering melepas pemain bagus.
2. Mimpi menjadi JUARA LIGINA 2007, terlalu sakit bila harus dilepas begitu saja.

2 alasan diatas seharusnya cukup membuat kita maklum dengan keputusan Iurie meng-"obol-obok" The Winning Team. Tapi lalu apakah itu semua bisa jadi alasan kita para bobotoh, untuk mulai meragukan atau bahkan mencabut kepercayaan yang begitu besar, TENTU TIDAK !!!

Setidaknya, Iurie punya tanggung jawab, untuk membuktikan keyakinannya pada kemampuan PERSIB, HINGGA AKHIR MUSIM !!! Saya tak berharap banyak agar bobotoh yang lain sependapat dengan saya. Tapi saya sungguh ingin melihat Iurie menyelesaikan apa yang dia mulai ! Dia mulai menghadirkan mimpi indah bagi PERSIB dan barisan bobotohnya, dia juga yang harus mengakhiri perjalanan PERSIB tahun ini......dengan apapun hasilnya nanti ! Hehehe.....kayak lagu dangdut!

Tapi sungguh, saya ingin melihat itu ! Menjadi bobotoh, bagi saya bukan hanya ikut bersuka ria saat PERSIB berjaya, tapi juga tetap memberikan dukungan, saat PERSIB terpuruk. Ah.....tunggu dulu !!! Terpuruk ? SAYA YAKIN BELUM !!!!

Ada 34 pertandingan dalam satu musim !! Dan masih tersisa 14 pertandingan lagi hingga akhir musim jelang putaran final ! Posisi PERSIB pun, kini masih di jalur 4 besar, walau tak lagi di puncak.

Catatan 11 kali menang, 4 kali seri, dan 5 kali kalah, dari 20 pertandingan, dengan raihan poin 37, di posisi 4, buat saya masih cukup layak dibanggakan ! Jika saat PERSIB nyaris terdegradasi musim lalu saja, kita para bobotoh masih tetap mampu menjadi pendukung paling setia buat PERSIB, termasuk Iurie di dalamnya,.......................apalagi sekarang !!!

GO IURIE !!!! INI SUDAH BUKAN SAATNYA LAGI UNTUK TERUS BERDUKA !!!!

INI SAATNYA MAUNG UNTUK BANGUN DARI TIDUR LELAPNYA !!!

SAYA TUNGGU HASIL SENTUHANMU DI AKHIR MUSIM !!! APAPUN ITU !!!

Jumat, 17 Agustus 2007

MERDEKA !!! (?)

borgol

Bulan Agustus nih ! Bentar lagi semua warga negara Indonesia pasti tau, bahwa bangsa ini bakal merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, pada tanggal 17 Agustus, untuk yang ke-62.

Saya sendiri awalnya biasa-biasa saja menyambut 17-an tahun ini. Paling banter sih, kerjaan di kantor yang mau tidak mau diarahkan pada liputan yang berkaitan dengan 17 Agustus. Segala macam pernak-pernik 17-an, isu-isu nasionalisme, dan sebagainya, habis kami gali 1 minggu terakhir ini. Tapi di lingkungan tempat tinggal, saya nyaris tak terlibat dalam bentuk apapun, kala masyarakat lainnya sibuk berbenah dan mempersiapkan berbagai acara. Bukan apa-apa, saya sendiri saat ini berasa hidup di 2 kota, Bandung dan Jakarta. belum lagi jam kerja yang sering tak menentu, nyaris membuat saya tak punya waktu banyak untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal saya.

Tapi kemudian beberapa hari yang lalu saya baca postingan salah satu rekan di HTML (Honda Tiger Mailing List), soal nasionalisme dan perayaan kemerdekaan Republik kita tercinta ini.

Postingan itu menggugah hati saya. Betul ! Karena saya dengan bangga mengakui, bahwa saya masih punya hati !!!!

Sebelumnya saya bingung, bagaimana menunjukkan rasa nasionalisme saya? Lalu, apakah memang perlu menunjukkan nasionalisme ?

Tapi setelah membaca tulisan bro Syamsul di HTML itu, saya kini tahu jawabannya ! Saya ingin menghapus segala bentuk penjajahan yang kalau kita mau sedikit saja membuka mata dan telinga, ternyata masih sering kita rasakan.

Sebagai pengendara roda dua contohnya, betapa sering kita lihat para pengendara roda dua menjajah pengguna jalan lainnya, dengan menyerobot lahan mereka berjalan kaki di trotoar, menutup ruang gerak mereka di zebra cross, dan menghadirkan horor saat mereka menyeberang jalan. Betapa sering pula kita melihat para penunggang motor itu menjajah pengendara mobil, dengan seenaknya memotong jalur mereka tanpa memberi tanda, menghantam spion mereka yang harganya ratusan ribu rupiah lalu melesat tanpa menunjukkan perasaan bersalah, ataupun menghadirkan horor lain bahwa setiap terjadi kecelakaan.....mobil-lah yang salah ! ADA YANG BISA BILANG KALAU PERILAKU-PERILAKU ITU BUKAN SUATU PBENTUK PENJAJAHAN ?????????

Tapi memang bukan cuma motor saja yang sering menjajah pengguna jalan lain. Mobil pun demikian, atau sebut saja Bajaj, Metro Mini, Kopaja, mikrolet, bus, dan kendaraan umum lainnya !

Para penjajah di jalanan itu memang bukan Jepang atau Belanda, yang menjajah bangsa kita, dengan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Tapi mereka penjajah dalam bentuk lain, yang menjajah ketenangan hidup orang lain, menginjak hak-hak orang lain, dan bertindak semena-mena seolah jalanan dan dunia milik mereka saja !

Dan saya ingin menghapus penjajahan di jalanan itu ! Mimpi ? Mungkin iya ! Tapi para pejuang kemerdekaan dulu pun, mengawali perjuangannya dengan mimpi !

Mustahil kah? Saya yakin tidak ! Sulit, mungkin iya ! Sok dan belagu ? Terserah orang bilang apa ! Tapi itu tidak akan menghalangi niat saya untuk menghapus penjajahan di jalanan !

Lalu darimana memulainya ? Dari diri saya sendiri !

Simpel-simpel aja lah !


  1. Belok atau pindah jalur, kasih tanda dulu, liat spion, ada celah baru belok. (bukan dibalik urutannya lho ! jangan belok dulu, nunggu di klakson, baru kasih tanda !)

  2. Di lampu merah, mbo' ya berenti di belakang garis Zebra Cross, dan tidak memakai jalur kendaraan lain yang akan berbelok misalnya.

  3. Nyalain lampu dong ! Orang bilang boros accu, gak ada kerjaan, terserah ! Yang penting mereka maskin sadar bahwa "SAYA ADA !!!".

  4. Kasih tanda kalau ada lubang di depan kita. Bisa kasih sein, lalu kita pindah jalur, atau julurkan kaki ke arah tempat lubang berada. Lubang dikiri, ya julurkan kaki kiri. Ada lubang di kanan, ya julurkan kaki kanan.

  5. Helm pake yg bener dong ! Pake helm cetok, selain menjajah nyawa kita sendiri, juga nyawa orang di belakang kita ! Coba bayangin kalo itu helm cetok terbang, dan mengenai kendaraan di belakang. Apalagi tergilas motor, bisa jumpalitan dah tu motor !

  6. Nemu orang lain yang kena musibah, seperti mogok di jalanan, sebisa mungkin berenti dan memberikan pertolongan. Insya Allah, saat kita ada musibah, orang lain pun akan menolong, bukan malah kabur meninggalkan kita menderita sendirian ! Kecuali, kalau anda yakin bahwa anda tak akan pernah terkena musibah, dan bahwa anda tak akan pernah membutuhkan bantuan orang lain !

Soal nomor 6, saya baru punya pengalaman. Kemaren malam, jam 20.00-an, nemu satu pasangan yang nyemplak motor, entah motor apa karena (sorry to say!) tampangnya yang dah gak jelas. Mereka mogok di pertigaan Pasar Minggu-Kalibata. Saya parkir motor beberapa puluh meter kemudian, lalu saya menghampiri mereka untuk menawarkan bantuan. 15 menit kemudian, setelah meminjam kunci busi, tang, dan gunting, untuk memperbaiki busi mereka yang terendam air dan kabel busi yang acak2an, motor mereka kembali hidup. Bukan untuk menyombongkan diri, apalagi mengangap remeh mereka yang terkena musibah, tapi raut wajah mereka yang begitu berterima kasih, serta ucapan "Terima kasih banyak, Mas!" dari mereka berdua, begitu membahagiakan saya ! Seiring mereka pergi, mata saya hanya memandang motor mereka, sambil berucap dalam hati, "Ya Tuhan, tolong jangan sampai motor mereka mogok lagi, Tuhan ! Kalaupun sampai mogok, sambungkan pertolonganMu melalui orang lain lagi, Tuhan ! Seperti Kau hadirkan aku saat mereka mogok !".

Lalu saat saya hendak meneruskan perjalanan, saya kembali teringat pengalaman saya saat ditunggui saudara-saudara seperjalanan saya, ketika mengalami musibah kempes ban di Rajamandala beberepa bulan lalu ! Saya hanya bisa menghela nafas, dan kembali membatin, "Terima kasih Tuhan, Kau beri aku jalan untuk membalas pertolongan saudara-saudaraku, melalui orang lain !"

lalu apa hubungannya saling tolong menolong dengan kemerdekaan, atau penjajahan. Tentu ada !

Dengan saling tolong menolong, kita akan sadar bahwa di jalanan, kita bukanlah lawan ! Tapi kawan ! Dan antara kawan, seharusnya TIDAK ADA PENJAJAHAN !!!!

Di sisi lain, teman-teman terdekat saya pasti sudah tahu, betapa "kurang ajarnya" saya ini ! Dikit-dikit protes, dikit-dikit ngelawan ! Tapi ya itu tadi, buat saya, penjajahan, di manapun harus dibantai ! Baik antar bangsa, ataupun di jalanan, di lingkungan tempat tinggal, di tempat kita kerja, ataupun di suatu komunitas tempat kita bersosialisasi dengan orang-orang lain. Bisa dalam bentuk komunitas milis, organisasi kemasyarakatan, ataupun genk-genk-an antar teman !

PLEASE, JANGAN ADA LAGI PENJAJAHAN, DALAM BENTUK APAPUN !!!!!!! Karena INSYA ALLAH, apapun resikonya, saya akan lawan sampai kapanpun !

Orang boleh bilang saya belagu, atau kurang ajar ! Tapi buat saya, itu hanyalah bentuk lain perlawanan saya atas PENJAJAHAN !!! Jadi, jangan lagi pertanyakan sejauh mana nasionalisme saya !!!

Dirgahayu Negeriku, Benar-benar merdeka-lah Indonesia-ku ! I DO LOVE YOU IN MY OWN WAYS, INDONESIA !!!!


 


photo: www.dmdisney.com/loss_prevention.htm

Senin, 02 April 2007

DEMOKRASI

Demokrasi.


Pasti hampir semua dari kita, pernah belajar di sekolah, mahluk sejenis apakah yang disebut Demokrasi itu.


Saya sendiri sudah lupa detilnya, tapi yang jelas secara garis besar, intinya, Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam artian lain, dalam Demokrasi rakyat atau masyarakat luas lah yang berkuasa. Konsekuensinya, tentu saja, suara yang terbanyak lah yang berkuasa. Dan itu juga menimbulkan konsekuensi lain, suka atau tidak suka, bahwa mayoritas berkuasa dan minoritas pasti tertindas.



Kita juga tentu masih ingat, bahwa Indonesia berani tampil beda, dengan menyatakan bahwa Indonesia punya sistem politik sendiri, Demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi jenis ini, mayoritas tidak serta merta berkuasa mutlak, yang minoritas tidak serta merta kehabisan jalan dan lalu jadi tersisih. Ada jalan tengah, ada kompromi, ada pembicaraan dengan akal tengah yang bertujuan mencari jalan dan hasil terbaik bagi setiap orang. Mufakat. Ya.....! Mufakat adalah intisari dari Demokrasi Pancasila.

Ideal ? Bagi sebagian orang, terutama bagi orang-orang "dulu". Perlu ditekankan, "dulu" tidak lalu otomatis berarti "tua". Orang dulu bisa saja tidak tua. Sebaliknya, orang yang sudah tua, belum tentu termasuk kategori orang dulu. Semua tergantung pada pola pikir dan kedewasaan serta kecanggihan bertindak.

Lalu mengapa orang dulu begitu suka dengan proses pencarian mufakat ? Karena disitulah, semua bisa saja terjadi. Yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik, yang putih menjadi hitam, yang hitam menjadi putih, semua bisa menjadi terbalik dan dibalik. Semua tergantung proses pendekatan, baik itu antar personal maupun antar instansi atau organisasi. Dan sukses atau tidaknya pendekatan tersebut, tergantung juga sebesar apa sumbangan yang diraih atau dikorbankan. Baik sumbangan pemikiran maupun sumbangan lain dalam bentuk yang lebih JELAS !!!!!!!!!!!!!!


Lalu masih idealkah Demokrasi Pancasila bagi bangsa kita di era yang makin modern ini ? Tolong jangan dijawab !!!


Sungguh, saya tak berani melemparkan pertanyaan itu pada orang lain. Dan saya pun sepertinya masih berpikir seribu kali, untuk mengeluarkan jawaban, bila ada yang menanyakan hal itu pada saya. Bukan karena takut, atau tendensius saya pada salah satu ideologi. Melainkan..........., saya masih ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istri, dalam keadan damai dan penuh tawa. Tanpa terganggu gedoran tangan-tangan kekar di pintu rumah saya, yang sekonyong-konyong bisa saja membawa saya, ke sebuah dunia gelap yang baru, yang untuk membayangkannya saja saya tak sudi !!!


ps: Duhai anakku, kita memang belum merdeka, nak !


 


2 April 2007

Selasa, 20 Maret 2007

EYANG, APA KABAR ?

: Eyang Kakung
puisi ini diterbitkan di sini dengan sepengetahuan penulis yang bersangkutan, Adhika Annissa.

oleh karenanya, terima kasih yang tak terhingga, Ninus!

Eyang, bagaimana cuaca di sana? Di sini, hujan dan panas masih terus berganti. Berjalan seperti biasa. Malam juga masih setia menemaniku. Dengan sepinya, kelamnya, bintangnya.

Eyang, bagaimana cara menggambar kucing tidur dan gajah? Aku lupa gerakan tanganmu. Aku jarang menggambar kucing tidur dan gajah, sejak beberapa hari setelah kita meninggalkan ruang kerjamu. Aku rindu semua guratan yang kau cipta. Khas.

Eyang, bagaimana kabarmu? Maaf, aku belum menata lilin dan menabur bunga di atas abumu, sejak terakhir kujejakkan kaki di Tonjong. Belum sempat. Tunggu saja, dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, atau kapan, batang hidungku akan tampak di atas abumu.

19-20 Maret 2003